Sunday, October 12, 2008

Koor Santa Lusia Rumbai

Seperti gereja-gereja katolik pada umumnya, sejak dulu Gereja Katolik Santa Lusia Stasi Rumbai Paroki Santo Paulus Pekanbaru, juga mempunyai kelompok koor yang aktif mendukung perayaan-perayaan liturgi di Gereja Katolik Rumbai. Acara rutin Misa Paskah dan Natal selalu menjadi puncak perayaan liturgi, yang selalu dimeriahkan dengan suara indah koor Santa Lusia, demikian juga untuk misa-misa minggu-an.

Empat tahun yang lalu, pertengahan tahun 2004, sempat terjadi ke-vakuman, karena ditinggal pergi oleh para anggota aktifnya dikarenakan kepindahan mereka dari Rumbai ke Jakarta dan kota lain. Dengan semangat untuk selalu bisa memuliakan Tuhan lewat bernyanyi, beberapa anggota tersisa dan tambahan anggota baru, berusaha mempertahankan keberadaan koor tersebut, paling tidak untuk tugas-tugas besar, Misa Paskah dan Natal.

Dua tahun terakhir ini terjadi perkembangan yang sangat membanggakan. Anggota koor bertambah terus, dan sekarang mencapai kurang lebih 30 orang. Semakin banyak tugas-tugas gereja yang dilakukan, selain Misa Paskah dan Natal, koor ini juga bertugas dalam Misa Krisma, Misa Komuni Pertama, Misa Tujuh Belasan, Misa Perkawinan, dan tentunya misa-misa minggu-an. Di bulan Juni 2008, Koor Santa Lusia Rumbai bergabung dengan Koor Santo Paulus Labuhbaru, dan Koor Among Mitro Pekanbaru, bertugas menyanyikan lagu-lagu berirama Jawa dan diiringi dengan gamelan dalam Misa Perayaan Ulang Tahun Paroki Santo Paulus Pekanbaru yang dipimpin oleh Bapa Uskup Martinus Situmorang. Demikian juga di bulan Agustus 2008, dalam perayaan Pesta Perak Tahbisan Uskup, Bapa Uskup Martinus Situmorang, di Gereja Santo Paulus Pekanbaru, koor Santa Lusia juga bertugas bersama-sama dengan Koor Santo Paulus Labuhbaru dan Koor Santa Maria Pekanbaru dengan iringan alat musik Gondang.

Prestasi membanggakan juga diraih kelompok koor Santa Lusia Rumbai dengan menjadi Juara Pertama lomba koor antar stasi se-Wilayah 3 Paroki Santo Paulus Pekanbaru, yang diadakan di Gereja Katolik Muara Fajar pada bulan November 2005. Selain itu juga menjadi Juara Pertama lomba koor antar stasi se-Paroki Santo Paulus Pekanbaru, yang diadakan di Gereja Paroki pada bulan November 2007.

Prestasi di atas memang membanggakan, namun bukan itu yang menjadikan motivasi para anggota koor untuk selalu bersemangat dalam bertugas, tetapi rasa kekeluargaan, keakraban, saling peduli, saling membantu, saling meneguhkan iman, dan suasana yang bersahabat antar anggota dan keluarga koor. Ada hal yang sangat menarik dari kelompok koor ini yaitu bahwa setiap latihan Jum’at malam di Gereja, anak-anak juga diajak untuk bermain bersama dengan anak-anak yang lain selama orang tuanya berlatih koor. Ibu-ibu dengan kerelaan dan kebaikannya selalu menyediakan makanan dan minuman yang sangat enak setiap kali latihan. Dan yang paling indah adalah, suasana yang santai dan akrab selama latihan, saling olok dan sendau gurau adalah biasa, tidak bisa menyanyi bukan menjadi halangan untuk bergabung, karena dalam koor ini terbuka untuk siapa saja bagi yang bisa ataupun yang tidak bisa menyanyi, yang dipentingkan adalah kesediaan dan kerelaan untuk memuji Tuhan dengan bernyanyi, dan hal inilah yang membuat suasana koor menjadi sangat akrab dan meriah. Dengan sendau gurau, kami sering menyebut diri sebagai ’Kelompok Koor Gandula’ karena beberapa anggotanya kalau bernyanyi harus ’nggandhul’ atau bergantung pada anggota koor lain yang lebih bisa menyanyi. Hal ini menjadi indah karena saling pengertian dan kekeluargaan antar anggota koor. Dan akhirnya nyayian yang terdengar akan menjadi lebih indah, karena kami semua meskipun punya keterbatasan-keterbatasan masing-masing, selalu menyanyi dengan hati untuk memuliakan Tuhan.


Anggota-anggota koor yang aktif saat ini adalah :

Sopran : Mbak Irin, Mbak Mamik, Mbak Ninik, Ibu Sipayung, Mbak Lena Ginting, Mbak Lusi Maryono, Mbak Ezra, Fanny, Aniek
Alto : Mbak Noery, Mbak Susi, Mbak Nana, Mbak Inung, Mbak Thecla, Mbak Agnes, Mbak Dini, Mbak Alu (yang sudah lulus dan bisa berkarya ke Duri) , Mbak Anis (sedang berbahagia menunggu kelahiran puteranya di Ambarawa), Mbak Inggid (com-bus di Kediri), Mbak Ning (nemeni Aga di Jogja)
Tenor : Mas Adi, Mas Widi, Pak Thomas KG, Mas Errol, Pak Teguh, Pak D. Sipayung, Mas Kuntono, Michael
Bass : Mas Edy Darmoko, Mas Carlo, Mas Moko, Mas Inoe, Mas Andi, Mas Justinus, Lae Togi Sipayung, Mas Wijaya, Mas Gunawan
Organis : Yenny Simanungkalit, Togi Sipayung
Dirigen : Mbak Irin, Mas Widi, Yuli

Yang dulu pernah bergabung dan sekarang tetap dinantikan : Pak Damanik, Pak Gultom, Pak Kalit, Pak Max, Mas Eddy Murhantoro, Pak J Sihombing, Mas Amin, Kak Butet, Mbak Lusi Max, Mbak Yuli Murhantoro, Bu Nita Simanungkalit, Bu Samosir, Bu Damanik, Mbak Yuyun ..dan masih banyak yang lain yang aku lupa....

Para sesepuh dan pendahulu yang sudah pindah ke kota lain : Pak De Darmono, Pak De Priyo, Pak De Gito, Mas Nurbandono, Mas Is Nugroho, Pak Greg, Mas Bayu, Adi Wibowo, Pak Petrus, Mbak Dewi, Mbak Watik, Poppy, Agung, Widi cilik, Francine, Randy .......dll ......maaf banyak yang lupa...
Bagi yang ingin bergabung....tua muda...besar kecil .. kabeh ditunggu..semakin banyak, semakin ramai ... semakin indah memuji Tuhan.

5 comments:

Kayoehr said...

Waduh, Mas aku koq jadi ikut mendapat kehormatan Bass member.
Suaraku hancur berantakan begini pasti dapat menyumbangkan kriri kanan he he he.

San Lus said...

Wijaya, inilah indahnya keberbedaan, ada yang pinter nyanyi, ada yang pinter nggandhul, ada yang pinter bikin berantakan menyumbangkan kiri kanan.
Bayangkan, kalau semua yang bersedia membantu, pinter nyanyi semua. Terus waktu pengantin mau berlutut, siapa yang mengatur bantal di depan altar.

Kemungkinan maksudnya bass adalah basstal yoo

Kayoehr said...

ha ha ha betul juga, basstal jemur. Tapi memang diversity adalah asset andalan kita. Tapi ada info manten anaknya Oom Gabe nggak Mas ?

Is Nugroho said...

Rumbai........sepotong kecil surga di muka bumi ini....penuh dengan malaikat bersuara manis dan enak di kuping. Sepotong surga ini sering singgah di mimpi-2 indahku....jangan pernah tinggalkan surga ini sebelum waktu. Saya tidak menyesal meninggalkan Rumbai 30 Juni 2005 lalu...tapi kenangan akan gerejanya, umat yang kompak dan aktif.....wah susah dilupakan.

Koentono Haryadi said...

Gereja Santa Lusia, Rumabi.
Paskah tahun ini 2017, aku berada di tengah2 kalian semua. Sebuah kebersamaan yang selalu aku rindukan. Sebuah penggalan surga yang tercecer itu ada disini... Amien.